Barang kali aku merasa ada banyak tekanan dari sekitar untuk menjadi seseorang yang terbaik dalam bidangnya. Kita memuja-muji seorang juara dan pada akhirnya kita pun membangun kebiasaan buruk untuk membanding-bandingkan diri dengan kesuksesan yang dimiliki orang lain.
Semakin besar semakin saya sadar bahwa hal-hal buatan manusia yang terbaik di dunia adalah hasil kerja sebuah kelompok, dan bukan kerja seorang individu. Maka mungkin kita harusnya menganggap ‘kesuksesan’ sebagai hasil kolektif, karena menjadi individu yang sukses tidak akan membawa nilai yang sebanding.
Biasa terasa lebih menyenangkan bila berkerja di kelompok atau komunitas yang disekelilingi oleh individu-individu yang ku hormati. Terlebih lagi, mayoritas tokoh-tokoh inspiratif yang benar-benar mengubah hidupku adalah orang-orang yang hadir disekitarku (teman di sekolah, di pekerjaan, guru, mentor, maupun keluarga sendiri seperti saudara atau orang tua). Berada dalam sebuah kelompok ikan besar mengajarkanku untuk melihat potensi diri untuk tumbuh. Dan jika mulai sudah terlalu besar dan terlalu nyaman, mungkin itu bertanda sudah saatnya bergerak untuk mencari kolam yang lebih besar lagi dan kembali merasakan rasanya menjadi ikan kecil.
Bagi seorang programmer, tidak jarang saya merasakan ketidak-nyamanan menjadi seekor ikan kecil. Ketidaknyamanan ini sering diberi sebutan ‘imposter syndrome’, dimana ada perasaan batin yang berbisik bahwa kita tidak pantas dan tidak cukup baik untuk mengambil sebuah tanggung jawab atau posisi yang sedang dimiliki. Perasaan bahwa seorang ikan kecil tidak dibutuhkan di kelopok ikan-ikan besar lainnya. Pemikiran itu akan hadir secara alami. Tetapi, sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk menyerah (ataupun mencari kelompok yang lebih kecil). Namun menjadi katalis pendorong supaya ingin terus tumbuh diantaranya.